Tatah Sungging, Seni yang Mulai Punah

Tatah Sungging, Seni yang Mulai Punah

Jakarta, WartaKarya.com – SENI tatah sungging. Atau lebih di kenal dengan seni pembuatan wayang. Saat ini keberadaannya semakin tersinggirkan. Jarang sekali kita mendapati pengerajin tatah sungging ini. Apalagi di kota metropolitan seperti Jakarta. Jangankan mempelajarinya, untuk mengenali hasil karya yang dibuatnya pun, banyak yang enggan.

Kendati begitu, bukan berarti pengerajin tatah sungging ini punah. Di selatan Jakarta, tepatnya di Jalan Pemuda 3 RT.08 RW.09, Kelurahan Cipedak, Jagakarsa, kita masih bisa menemui salah satu pengerajin seni tata sungging.

Sukardi, namanya. Pria kelahiran Wonogiri 63 tahun silam ini, mengaku sudah menggeluti seni tatah sungging sejak masih duduk di Sekolah Dasar. Hasil karyanya pun kini banyak di koleksi orang.

Sukardi memang tak memiliki gallery atau sanggar seperti seniman lainnya untuk beraktifitas.  Ia lebih memilih kegiatannya sebagai pengisi waktu luang setelah menjalani masa pensiun sebagai karyawan swasta.

Namun, bukan berarti seni tatah sunggingnya tidak produktif. Puluhan, bahkan ratusan tokoh pewayangan pernah dibuatnya. Selain dikoleksi oleh orang-orang yang suka akan keindahan seni, atau orang-orang yang memang mengerti dunia pewayangan, karya Sukardi juga  pernah di pesan beberapa dalang wayang kulit ternama. Bahkan beberapa karya Sukardi sudah sampai di negara Amerika, Melaysia, dan Suriname.

Untuk membuat satu buah seni tata sungging berbingkai, Sukardi membutuhkan waktu dua minggu. Mulai dari proses pembersihan, pengeringan kulit, pahat hingga sungging. Sedangkan untuk membuat sebuah wayang kulit, Sukardi membutuhkan waktu tiga minggu. “Lebih sulit membuat wayang, di banding yang menggunakan bingkai,” ujarnya.

Menurutnya kesulitan membuat wayang, karena ia harus melakukan proses tatah sungging di kedua sisinya. “Kalau membuat wayang, pahat dan gambarnya mesti bolak balik, dan harus sama. Kalau hiasan yang menggunakan bingkai, cuma sebelah saja,” jelas kakek dari tiga cucu ini.

Pengerjaan seni tata sungging ini ternyata tidak sembarangan. Ada pakem-pakem yang harus dipatuhinya.  Misalnya seperti pakaian dan mahkota. “Ini tak boleh berubah. Siapapun pelaku seni tatah sungging, pasti akan membuat hal yang sama. Tidak mungkin tokoh seorang raja, diberi pakaian kurawa,” terangnya.

Selain itu, tambah Sukardi, wajah para tokoh juga harus mematuhi pakem. Menurutnya, ada beberapa tokoh dalam pewayangan yang memiliki wajah berwarna hitam, seperti Krisna, Bima, Arjuna, Nakula-Sadewa, dan Yudhistira. Sedangkan tokoh yang berwajah putih antara lain Arjuna muda (Permadi), Wisanggeni, Srikandi, Bambang Irawan, dan lain sebagainya. “Ini juga menjadi salah satu pakem,” tambahnya.

Untuk hiasan wayang berbingkai, Sukardi membandrol dengan harga Rp.350 ribu hingga 1,5 juta. Sedangkan untuk wayang kulit, harganya lebih mahal. Sukardi mematok harga sebesar Rp.500 juta untuk satu set yang berisi sebanyak 125 tokoh pewayangan  “Ini biasanya para dalang yang suka pesan,” paparnya.

Kendati demikian Sukardi tetap memberi alternatif harga yang terjangkau untuk konsumen yang ingin mengoleksi tokoh pewayangan berupa wayang kulit. “Saya buat juga dari karton. Buat mereka yang menginginkan wayang kulit, tapi keberatan jika harus membeli yang menggunakan kulit,” terangnya.

Karya-karya Sukardi dipasarkan tanpa melalui gallery dan promosi. Pemasaran yang dilakukan hanya dari mulut ke mulut. Hal itu terjadi karena ia banyak vakum, dalam seni tatah sungging. “Selama saya kerja sebagai karyawan, saya tak sempat berkarya dan tak sempat memasarkan. Baru sepuluh tahun belakangan ini saya tekuni lagi,” ujarnya.

Ditengah arus modernisasi dan kemajuan jaman yang serba cepat ini, seni tata sungging seolah menghilang. bahkan tidak sedikit kalangan yang mengerti seni ini. Khususnya kalangan milenial.  

Sukardi pun berharap ada orang siap menjadi 'motor', untuk mengembangkan seni tatah sungging. “Paling tidak, bisa berbisnis sambil melestarikan warisan budaya,” ujarnya.

Nah, bagi Anda yang berminat untuk kerjasama atau hanya sekedar ingin membeli dan mengoleksi hasil karyanya, bisa datang ke alamat diatas, atau menghubungi nomor 0857 2225 7994. (**toeng)